Bone, Kompak Nusantara.Com -- Salamatang, S.H (Anggota Rumah Kreasi Budaya Bangsa Saoraja Bone)
Sebagai masyarakat Bone, kita patut merasa bangga memiliki warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur kita. Nilai-nilai ini bukan hanya sekadar simbol, melainkan pedoman hidup yang relevan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal memilih pemimpin yang baik.
Kebijaksanaan yang tertuang dalam Lontara Latoa, khususnya pandangan dari To Mariolo mengenai kepemimpinan, adalah warisan penting yang harus dilestarikan dan diterapkan dalam konteks kontemporer. Terutama saat kita dihadapkan pada pilihan penting dalam menentukan pemimpin Bone pada Pilkada tahun ini.
Dalam Lontara Latoa, To Mariolo menjelaskan bahwa kemajuan suatu negara/daerah sangat bergantung pada kualitas pemimpin, yang disebut sebagai arungmangkau.
Mereka menegaskan bahwa pemimpin yang baik bukan hanya dinilai dari kekuatan politik atau kekuasaan semata, melainkan dari karakter dan integritasnya.
Ada beberapa kriteria utama yang harus dimiliki seorang pemimpin untuk dapat membawa negeri menuju kejayaan.
Pertama, seorang pemimpin harus memiliki adada madeceng, yakni ucapan yang baik.
Ucapan pemimpin bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi merupakan cerminan dari karakter dan niatnya. Seorang pemimpin harus mampu berbicara dengan baik dan memberikan arahan yang membangun, karena setiap kata yang diucapkan akan berpengaruh pada rakyat dan masa depan negeri.
Selain itu, pemimpin harus memiliki ampe kedo madengennge, yaitu tingkah laku yang baik. Tidak hanya kata-kata yang baik, tetapi perilaku pemimpin harus konsisten mencerminkan nilai-nilai moral yang luhur.
Pemimpin dengan tingkah laku yang terpuji akan menjadi teladan bagi rakyatnya dan mampu memimpin dengan rasa hormat dan kepercayaan dari masyarakat.
Bicara malempu’e, atau berbicara dengan jujur, adalah kriteria lain yang penting. Kejujuran adalah fondasi utama dalam membangun kepercayaan antara pemimpin dan rakyatnya.
Pemimpin yang jujur akan mampu menjalin hubungan yang transparan dengan masyarakat dan tidak akan menyembunyikan kebenaran demi kepentingan pribadi.
Kemudian, ada prinsip janci tenrialupaie, yakni janji yang tak terlupakan. Seorang pemimpin yang baik harus mampu menepati setiap janji yang diucapkannya. Janji yang diingkari hanya akan menimbulkan ketidakpercayaan dan konflik dalam masyarakat.
Dalam tradisi masyarakat Bone, janji bukan sekadar komitmen verbal, tetapi merupakan tanggung jawab moral yang harus dipenuhi.
Selain itu, pemimpin harus memegang teguh ade’ tenri abata-bataie, aturan adat yang tidak diragukan. Pemimpin yang baik akan menghargai dan menjaga adat istiadat serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Adat merupakan panduan hidup yang telah teruji oleh waktu, dan pemimpin yang menghormati adat akan mampu menjaga keharmonisan sosial.
Prinsip rapang masse’e (aturan yang kokoh) dan wari’ ri atutuie (batas-batas yang dipelihara) juga sangat penting dalam menjaga ketertiban dan keadilan.
Pemimpin harus mampu menegakkan aturan yang adil serta menjaga batas-batas, baik dalam hal hukum maupun moral. Dengan demikian, keadilan dan stabilitas dalam negeri dapat terjaga.
Tak kalah penting, pemimpin harus memelihara ada siturue ri lalengpanua, yakni kesepakatan dalam negeri.
Kemampuan pemimpin untuk merangkul semua pihak dan menjaga kesepakatan bersama adalah kunci untuk menciptakan persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Pemimpin yang bijak tidak akan memecah belah, melainkan akan mempererat ikatan kebersamaan di antara warganya.
Terakhir, nilai siakkasilisengennge ri lalengpanua (saling menghargai dalam negeri) dan tessimellekiannge ininnawa ri lalengpanua (tidak saling berseteru sesama warga negeri) menegaskan pentingnya kerukunan dan kedamaian.
Pemimpin yang baik akan memastikan bahwa setiap warga saling menghargai dan tidak terjebak dalam perselisihan yang merugikan. Kedamaian dalam masyarakat adalah salah satu tanda keberhasilan seorang pemimpin.
Kriteria-kriteria yang diajarkan oleh To Mariolo dalam Lontara Latoa memberikan pedoman yang jelas tentang seperti apa sosok pemimpin yang ideal. Dalam konteks Pilkada Bone, masyarakat Bone dapat menjadikan kriteria ini sebagai rujukan utama dalam memilih pemimpin yang tidak hanya kompeten dalam mengelola pemerintahan, tetapi juga memiliki keluhuran budi dan nilai moral yang tinggi.
Pemimpin yang baik tidak hanya membawa kemajuan dalam hal materi, tetapi juga menjaga harmoni sosial, adat istiadat, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran serta keadilan.
Oleh karena itu, dalam Pilkada tahun ini, marilah kita memilih pemimpin yang memenuhi kriteria yang telah diwariskan oleh leluhur kita, agar Bone tetap jaya dan sejahtera, selaras dengan ajaran dan nilai-nilai luhur yang telah kita jaga selama berabad-abad.
Jurnalis: Tubagus
0 Komentar