BONE, KOMPAK NUSANTARA.COM --Project Budaya Bone Vol. IV yang digelar melalui Yayasan Pawero Tama Kreatif bekerja sama dengan Balai Litbang Agama Makassar dan PKUB Kementerian Agama RI, sukses melaksanakan Serasehan Moderasi Beragama bertajuk “Rekko’ Ota: Membangun Ekosistem Moderasi Beragama Melalui Inovasi Sosial dan Teknologi.
” Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu-Minggu, 07-08 Desember 2024, di The Novena Hotel & Convention, Jl. Jend. Ahmad Yani, Kelurahan Macanang, Kecamatan Tanete Riattang Barat ini, menyatukan berbagai elemen masyarakat, termasuk perwakilan Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bone, Organisasi Kemasyarakatan, Komunitas Keagamaan, dan Komunitas Pemuda.
Acara ini dibuka dengan sambutan dari Kasubag TU Balai Litbang Agama Makassar, Dr. Andi Isra Rani, yang menyampaikan apresiasi terhadap Kabupaten Bone sebagai salah satu titik fokus dalam sosialisasi moderasi beragama.
“Bone menjadi salah satu titik bertolak kami dalam proses sosialisasi moderasi beragama, karena di antara banyak wilayah di Sulawesi Selatan, Project Budaya Bone inilah yang berhasil menjadi salah satu mitra untuk melaksanakan kegiatan moderasi beragama,” ujar Dr. Andi Isra Rani.
Andi Geerhand, Sekretaris Yayasan Pawero Tama Kreatif dan Penanggung Jawab Kegiatan, mengungkapkan rasa syukurnya atas kepercayaan yang diberikan untuk melaksanakan kegiatan ini.
“Kami mengucap syukur atas amanah yang diberikan kepada kami untuk pelaksanaan kegiatan ini. Serasehan moderasi beragama ini kami jadikan sebagai rangkaian kegiatan Lokakarya Moderasi Beragama sebelumnya, yang melibatkan berbagai organisasi kemasyarakatan, komunitas keagamaan, dan organisasi kepemudaan di Gedung Guru Indonesia,” ungkap Geerhand.
Geerhand juga menekankan pentingnya acara ini dalam memahami makna moderasi beragama, yang salah satu pilarnya adalah mengakomodasi kebudayaan lokal.
Dengan memilih tema “Rekko’ Ota,” yang merupakan salah satu aktivitas yang seringkali dilakukan oleh orang Bugis di masa dulu hingga kini, kegiatan ini diharapkan dapat menggali lebih dalam makna moderasi beragama, sekaligus menguatkan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal Kabupaten Bone.
Selama dua hari kegiatan, peserta diberikan pelatihan dengan beberapa materi yang relevan untuk mendalami konsep moderasi beragama. Materi yang disampaikan dengan apik oleh para fasilitator termasuk Scenario & Design Thinking yang mengajarkan peserta bagaimana merancang solusi kreatif untuk permasalahan sosial, serta Iceberg Theory yang menggali lapisan-lapisan dalam fenomena sosial dan kebudayaan yang tidak selalu terlihat di permukaan.
Salah satu materi utama adalah “Pemaknaan Moderasi Beragama”, yang mengajak peserta untuk memahami moderasi sebagai jalan tengah yang mengutamakan toleransi dan keterbukaan antar umat beragama.
Ketiga fasilitator yang hadir, yaitu Dr. H. Saprillah (Kepala Balai Litbang Agama Makassar), Apt. Alwiyah Nur Syarif (Akademisi UIN Alauddin Makassar), dan Suaib Prawono (Koordinator Gusdurian Sumapapua), membawakan materi dengan cara yang sangat interaktif dan menggugah kesadaran peserta.
Selama sesi diskusi dan simulasi, peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan pandangan dan berbagi pengalaman terkait isu-isu keagamaan yang relevan dalam konteks moderasi beragama.
Kegiatan Serasehan Moderasi Beragama ini ditutup oleh Kepala Balai Litbang Agama Makassar, Dr. H. Saprillah, pada Minggu, 08 Desember 2024. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya kelanjutan dari diskusi dan pelatihan yang telah berlangsung.
“Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini. Moderasi beragama adalah sebuah proses yang harus terus kita jalani, dan semoga apa yang telah disampaikan dalam kegiatan ini dapat diterapkan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas,” ujar Dr. Saprillah.
Kegiatan yang disupport langsung oleh Balai Litbang Agama Makassar dan PKUB Kementerian Agama RI ini diharapkan menjadi titik awal untuk semakin menguatkan moderasi beragama di Kabupaten Bone, dengan melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, dan komunitas keagamaan. Dengan semangat kebersamaan dan kearifan lokal yang dimiliki, diharapkan Bone dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam membangun ekosistem moderasi beragama yang harmonis dan berkelanjutan.
Semoga melalui inovasi sosial dan teknologi, serta pelibatan masyarakat dalam diskusi dan pelatihan seperti ini, kita dapat bersama-sama memperkuat rasa toleransi, memahami perbedaan, dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan damai.
Jurnalis : Tubagus
0 Komentar